BURNOUT - PENYAKIT GURU

BURNOUT; PENYAKIT GURU
Oleh : Dewi Khoriyah
Profesi guru sebagaimana profesi lainnya, mensyaratkan adanya kompetensi yang harus dimiliki. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang pendidik dalam melaksanakan keprofesionalannya. Dengan kata lain kompetensi guru merujuk kepada kemampuan guru dalam menampilkan unjuk kerjanya secara menyeluruh
Pelaksanaan unjuk kerja tersebut di atas, terkadang membuat guru harus berhadapan dengan rutinitas kerja yang melelahkan, sehingga memungkinkan guru mengalami kejenuhan dan kebosanan yang diistilahkan sebagai burnout. Burnout merupakan salah satu masalah yang perlu diwaspadai oleh seorang guru. Burnout adalah terkurasnya kondisi jasmani atau rohani seseorang, sehingga tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya.
Bernadin (Rosyid, 1996) menggambarkan burnout sebagai suatu keadaan yang mencerminkan reaksi emosional yang sering dijumpai pada orang yang bekerja pada bidang pelayanan kemanusiaan seperti perawat, guru, pekerja sosial, dan polisi. Sementara Maslach (2006) menyampaikan bahwa burnout merupakan kondisi emosional yang ditandai dengan perasaan lelah dan jenuh secara psikis ataupun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan.
Rahman (2007) menjelaskan secara spesifik ciri burnout pada guru adalah sebagai berikut:
- Perasaan putus asa, sedih, tidak berdaya, terbelenggu terhadap pekerjaan sehingga seorang guru tidak mampu memberikan pelayanan dengan melibatkan kondisi psikologis yang sehat
- Menjauh dari lingkungan sosial, cenderung tidak peduli pada lingkungan
- Kehilangan idealisme
- Mengurangi kontak dengan siswa
- Rendahnya keinginan untuk berprestasi yang ditandai dengan perasaan tidak puas pada diri sendiri, pekerjaan dan kehidupan bahkan ia merasa bahwa ia belum pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat.
Rutinitas kerja dalam memberikan pelayanan kepada siswa dan administrasi yang menjadi tuntutan guru, adalah merupakan salah satu penyebab terjadinya burnout . Jika tidak diatasi, burnout bisa berakibat pada menurunnya produktifnya guru. Guru yang tidak produktif akan sulit menjaga efektivitasnya sebagai seorang guru. Di lingkungan kerja dia akan banyak berbenturan dengan pelaksanaan tugas yang terbengkalai dan buruknya kinerja. Hal ini tentu saja tidak hanya merugikan dirinya, tetapi juga merugikan siswa dan rekan kerja disekitarnya. Kerugian pada diri sendiri meliputi terhambatnya proses pengembangan diri, berkurangnya kepercayaan dari orang lain hingga menurunnya harga diri. Sedangkan pada siswa akan berakibat pada tidak terlayaninya siswa dengan baik sehingga menjadikan kegagalan dalam mencapai tujuan dari pembelajaran. Orang disekitarnya juga akan menghadapi kerugian karena ketidakefektivan guru. Kinerja yang buruk dari guru akan berakibat pada buruknya kerjasama antara guru dengan rekan sekerja.
Melihat hal negative yang dimunculkan dari burnout, tampaknya guru perlu menyikapi secara serius apabila mulai menengarai kemunculan burnout pada dirinya. Penting bagi guru untuk berfikir dan melakukan tindakan tentang bagaimana dia menangani masalah yang dimunculkan oleh peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berakibat pada terjadinya burnout.
Salah satu cara yang bisa dilakukan guru untuk mengatasi burnout adalah dengan mengubah lingkungannya (Wilkerson & Bellini, 2006). Sebagai contoh, guru bisa melakukan penataan ulang terhadap perabot di tempat kerjanya, merapikan kembali arsip-arsip dengan cara membuang arsip yang sudah tidak terpakai dan membuat arsip baru, menulis untuk menuangkan ide-ide dan melakukan diskusi dengan teman-teman seprofesi.
Gladding (2012), menyampaikan beberapa hal bisa dilakukan guru untuk mengurangi atau menghindari burnout, yaitu:
- Menjalin hubungan dengan individu yang sehat jasmani dan rohani
- Bekerjasama dengan sejawat dan organisasi yang memiliki komitmen dan misi yang jelas
- Menggunakan dan atau mengembangkan teori pengajaran yang ada
- Melakukan latihan mengusir stres
- Mengubah hal-hal di lingkungan sekitar yang sekiranya dapat menimbulkan stres
- Melakukan penilaian diri (mengidentifikasi hal apa saja yang dapat menimbulkan stres dan apa yang membuat rileks)
- Secara berkala memeriksa dan mengklarifikasi peranan, tuntutan, dan keyakinan dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru (seperti bekerja lebih cerdas dibanding lebih lama)
- Mengikuti terapi personal
- Menyediakan waktu luang dan pribadi (misalnya, gaya hidup seimbang)
- Menjaga sikap dan mengambil jarak dengan siswa untuk sementara
- Mempertahankan sikap berpengharapan
Cara-cara yang disampaikan Glading di atas bisa dipilih oleh guru, mana yang sekiranya memungkinkan untuk dilakukan. Guru perlu membuat daftar dari cara yang teringan hingga yang paling berat yang bisa dilakukan. Jika beberapa cara sudah cukup membuat guru kembali bisa produktif maka guru bisa menghentikan dan selanjutnya bisa memulai kerja dengan perasaan dan semangat baru.
Daftar Pustaka
Gladding, S.T. (2012). Konseling Profesi yang Menyeluruh. Alih Bahasa: P.M. Winarno dan Lilian Yuwono. Jakarta: Indeks.
Maslach, C., & Leiter, M. P. (2006). Burnout. Stress and quality of working life: current perspectives in occupational health, 37, 42-49.
Rosyid, H. F. (1996). Burnout: penghambat produktivitas yang perlu dicermati. Buletin Psikologi, 4(1), 19-25.
Rahman, U. (2007). Mengenal burnout pada guru. Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 10(2), 216-227.
Wilkerson, K., & Bellini, J. (2006). Intrapersonal and organizational factors associated with burnout among school counselors. Journal of Counseling & Development, 84(4), 440-450.