GURU AGEN PERUBAHAN KARAKTER PEMUDA BANGSA

GURU AGEN PERUBAHAN KARAKTER PEMUDA BANGSA
Oleh Akhmad Sugiarto, S.Si, M.Pd
Guru IPA MTsN Batu
“PEMUDA hari ini adalah pemimpin hari esok.” Sebuah pepatah yang tentunya tak asing lagi bagi kita. Sedangkan bagi pencetak pemuda ada pepatah “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”.
Pemuda yang akan dicetak menjadi pemimpin tergantung cetakannya, kalau cetakannya bagus maka InsyaAllah hasil dari cetakan itu akan indah dan menyenangkan pembuatnya termasuk orang orang di sekitar yang ikut menikmatinya. Maka agar manusia menjadi senang dan menyenangkan perlu mengetahui 2 hal berikut.
- Kepribadian Manusia
Ada dua fenomena yang mudah dijadikan manusia untuk menilai seseorang yaitu Pertama, fenomena performance (penampilan fisik) manusia, seperti bentuk tubuh, wajah dan pakaian. Kedua, fenomena aktivitas dan gerak-gerik manusia. Karena itu, banyak orang salah menilai, ketika hendak mempercayakan sesuatu pada manusia yang dinilainya. Ada yang menjadikan Performance manusia sebagai standar dengan anggapan bahwa performance mencerminkan kepribadiannya. Jelas, ini merupakan kesimpulan yang kurang tepat, karena tanpa didasari analisis ataupun argumentasi yang kuat dan banyak manusia yang mencari perhatian dengan pencitraan fisik yang mampu menipu mata. Begitu juga ada yang menilai secara sesaat tingkah laku seseorang sebagai cerminan dan kepribadiannya. Maka ini juga kurang tepat, karena bisa jadi orang hanya mencari muka atau pencitraan agar menimbulkan simpati. Untuk itu menilai seseorang harus dilakukan secara konpresnsif baik fisik maupun tingkah lakunya dan secara berkelanjutan (portofolio)
Kepribadian seseorang pada dasarnya merupakan akumulasi dari pola sikap dan pola pikirnya. Sedangkan perbuatan pada dasarnya merupakan wujud pemenuhan manusia terhadap dorongan yang lahir dari kebutuhan jasmani. Contohnya makan, adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi rasa laparnya, tidur dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi rasa kantuknya, duduk dilakukan oleh seseorang karena memenuhi rasa letihnya. Pemenuhan kebutuhan hidup yang tidak mempunyai strategi dan harapan yang di ridhoi Allah inilah yang kadangkala merusak akan kepribadian seseorang yang telah di contohkan Rasulullah
Nabi Muhammad saw. dengan strategi pendidikannya yang sangat jelas dan efektif dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia telah mampu mengubah bangsa Arab yang bertabiat kasar menjadi rahib di malam hari, dan di siang harinya menjadi para penunggang kuda yang gesit. Satu dengan yang lainnya saling mencintai seperti kecintaannya pada diri mereka sendiri. Mereka mampu mengutamakan orang lain melebihi dirinya, meskipun mereka sangat memerlukannya. Sampai-sampai lawan dan kawan mereka pun memberikan kesaksian mengenai perilaku agung mereka.
Rasulullah saw. yang menjadi identitas sebagai seorang pendidik agung yang dapat dicontoh oleh para guru sebagai agen perubahan dalam membentuk karakter peserta didik sebagai penerus bangsa
Pendidikan adalah proses manusia untuk menjadi sempurna, yang diridhai oleh Allah SWT.
Dengan definisi pendidikan tersebut, seseorang harus menjadikan subyek pendidikan adalah manusia yang punya akal dan bisa berubah dan mempunyai perasaan, bukan makhluk yang lain, semisal hewan ataupun yang lain.
Seseorang juga menetapkan, bahwa tujuan pendidikan adalah proses menuju kesempurnaan, dan bukannya puncak kesempurnaan, sebab puncak kesempurnaan itu hanyalah ada pada Allah dan kemaksuman Rasulullah saw. Karena itu, keberhasilan pendidikan hanya bisa dinilai dengan standar pencapaian kesempurnaan manusia pada tingkat yang paling maksimal.
Kesempurnaan tersebut adalah kesempurnaan yang diridhai oleh Allah SWT. bagi hamba-hamba-Nya, serta kesempurnaan yang ditetapkan oleh syariat-Nya. Bukan kesempurnaan yang digariskan oleh para filosof. Inilah definisi yang akan kami jelaskan berikut.
Dalam definisi tersebut kami kemukakan "Kesempurnaan yang diridhai oleh Allah SWT. bagi hamba-hamba-Nya" dan kami tidak menyatakan: "Kesempurnaan yang dikehendaki oleh Allah SWT." sebab, apa yang dikehendaki oleh Allah pasti terjadi, dan bukan sesuatu yang mustahil. Karena, iradah (kehendak) Allah tidak berhubungan dengan sesuatu, kecuali sesuatu itu pasti akan ada. Berbeda dengan apa yang diridhai oleh Allah SWT. Sebab, nyatanya Allah mencintai kebaikan hamba-Nya, namun ternyata tidak semua hamba-Nya menjadi baik.
- Sifat-sifat Sebagai Pendidik untuk Membentuk Karakter Peserta Didik
Setiap orang yang melaksanakan aktivitas pendidikan, harus mempunyai sejumlah sifat yang menjadi identitasnya. Dengan identitas tersebut, dia bisa mendekati subyek didiknya. Jika identitas tersebut dia tinggalkan, tentu aktivitas pendidikan yang dijalankannya akan gagal dengan kegagalan yang fatal. Sifat-sifat yang terpenting, antara lain, adalah:
2.1. Kasih Sayang
Kasing sayang (rahmah) adalah sifat yang wajib dimiliki oleh setiap pendidik. Karena itu, orang yang hatinya keras, tidak layak menjadi pendidik. Sebab, kasih sayang yang merupakan gerakan kalbu dan kepedihan hati adalah modal perasaan yang secara otomatis bisa mendorong pendidik, dan menolak untuk tidak suka meringankan beban orang yang dididik.
2.2. Sabar
Sabar adalah bekal setiap pendidik. Seorang pendidik yang tidak berbekal kesabaran, ibarat musafir yang melakukan perjalanan tanpa bekal. Bisa jadi dia akan gagal, atau kembali sebelum sampai ke tempat tujuan.
Kadangkala pemahaman atau persepsi subyek didik mengenai tujuan pendidikan tersebut keliru, sehingga seorang pendidik harus bersabar sampai persoalan tersebut menjadi jelas. Kadangkala seorang pendidik telah mencurahkan kemampuannya secara maksimal, tetapi dia tidak mendapatkan hasil yang menyenangkan, sehingga dia juga harus bersabar. Karena karakter pendidikan memang tidak bisa memberikan hasilnya dalam waktu yang singkat. Kadangkala seorang pendidik juga diserang dan diperlakukan nista, sehingga dia juga harus bersabar. Karena, kesabaran merupakan bekal perubahan yang sangat dia perlukan.
Jika kita menelusuri sirah (biografi) sang pendidik agung ini, kita akan menemukan bahwa Rasul saw. merupakan lambang kesabaran yang luar biasa. Beliau bersabar terhadap berbagai penganiayaan kaumnya terhadap tubuh beliau, serta penyiksaan yang bahkan telah mengancam nyawa beliau, sehingga keagungan risalah beliau dan kemuliaan tujuannya, nampak bagi mereka. Akhirnya kebencian mereka berubah menjadi cinta, dan penganiayaan mereka berubah menjadi pengorbanan.
2.3. Cerdas
Seorang pendidik harus pandai, dan cerdas (fathanah), sehingga bisa menganalisis masalah subyek didiknya yang sangat rumit. Jika masalah tersebut baik, dia bisa menjadikannya sebagai cara terbaik untuk mengembangkan subyek didiknya. Dan jika buruk, dia bisa memilih cara terbaik untuk menyelesaikannya. Dia juga mampu menganalisis apa yang sesuai dan tidak dengan subyek didiknya. Dia juga bisa memahami emosi jiwanya dengan melihat raut mukanya. Juga bisa memahami perbedaan-perbedaan individual yang bersifat abstrak di antara mereka. Sebab, tugasnya adalah menyelami relung jiwanya melalui perbedaan-perbedaan tersebut, atau memaksimalkannya dengan tujuan untuk mengarahkan tiap individu agar bisa mencapai apa yang membahagiakannya.
Rasulullah saw. sebagai utusan Allah SWT. telah dipenuhi oleh Allah dengan sifat kecerdasan sebagai fitrah asalnya. Seluruh pengamat kepribadian Rasulullah saw. dan ulama' akidah telah sepakat, bahwa Rasulullah saw. secara pribadi, juga Rasul-rasul yang lain mempunyai sifat cerdas. Kita akan bisa melihat fenomena kecerdasan beliau dalam bidang pendidikan tersebut ketika kita membahas strategi pendidikan Rasulullah saw.
2.4. Tawadhu'
Seorang pendidik harus bersikap tawadhu' kepada subyek didiknya. Sebab, kesombongannya hanya akan menambah jarak antara dirinya dengan subyek didiknya. Dan, ketika jarak tersebut semakin renggang, maka pengaruhnya akan hilang.
Rasulullah saw. sebagai penghulu para pendidik, adalah orang yang paling tawadhu' sehingga begitu tinggi sikap tawadhu' beliau, sampai-sampai beliau bertemu anak-anak, beliaulah yang terlebih dahulu mengucapkan salam kepadanya.
2.5. Bijaksana
Seorang pendidik harus berlapang dada dan bijaksana (hilm). Tidak boleh mudah terpengaruh dengan kesalahan, bahkan oleh keburukan yang dihadapinya. Tetapi, dia harus menyimpannya kemudian mengemukakannya dengan bijaksana. Lalu, kosentrasinya diarahkman untuk memecahkan sebab-sebab kesalahan tersebut.
2.6. Pemberian Maaf
Lemah lembut ketika keburukan ditujukan kepada dirinya selalu diikat dengan pemberian maaf kepada orang yang melakukan keburukan sehingga orang tersebut bisa memulai kehidupan barunya.
2.7. Kepribadian yang Kuat
Seorang pendidik harus mempunyai kepribadian yang kuat, tidak cacat dan diragukan agar mempunyai pengaruh terhadap subyek didiknya. Kepribadian yang kuat tidak memerlukan banyak hukuman (sanksi), sebaliknya akan mampu mencegah terjadinya banyak kesalahan dan mampu menanamkan keyakinan dalam diri. Seorang guru mempunyai pesona yang mampu menanamkan keyakinan dalam hati peserta didik, begitu bertemu pertama kali dengan beliau. Sehingga ketika murid bertemu dapat menggambarkan sifat sang idola, Jika orang melihat beliau, pasti dia akan hormat kepadanya.
2.8. Yakin terhadap Tugas Pendidikan
Para pengkaji masalah ini berbeda pendapat mengenai sifat tersebut. Ada yang menyebutnya dengan keyakinan (îmân), tetapi ada juga yang menyebut dengan kecintaan pada tugas, dan ada juga yang menyebut dengan kepuasan pada tugas.
Ini merupakan sifat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik. Sebab, pendidikan merupakan kontribusi mental dan spiritual. Jika seorang pendidik tidak yakin dengan tugas pendidikannya, dia tentu tidak akan mampu memberikan kontribusi tersebut. Yang ada akhirnya hanyalah transfer of knowledge (tranfer pengetahuan).
2.9. Menyeru sesuai dengan Tingkat Pemahaman
Penjelasan seorang pendidik kepada subyek didiknya dengan penjelasan yang maknanya tidak bisa difahami bisa menyebabkan subyek didik tersebut memahami pengertian yang lain. Kesalahan ini kemudian akan berkembang di tengah banyak orang, atau dilaksanakan dalam bentuk yang salah. Pada saat, pernyataannya akan berubah dan tujuan yang berhasil dicapai malah sebaliknya, sehingga tidak sekali-kali memberi penjelasan atau perintah, kecuali apa yang mampu dia fikirkan. Rasulullah saw. bersabda:
Kamu sekali-kali janganlah memberi penjelasan kepada suatu kaum, penjelasan yang tidak bisa dijangkau oleh akal mereka, kecuali ia akan fitnah bagi sebagian di antara mereka.
Jika guru harus menjelaskan kepada mereka sesuatu yang di luar jangkauan intelektual mereka, beliau akan menjelaskannya dan mendekatkan penjelasan tersebut ke dalam pemahaman mereka, dengan menggunakan penyerupaan atau perumpamaan, ataupun yang lain.
Semoga dengan berbagai karakter guru yang akan menjadi contoh untuk peserta didik mampu memahamkan kepada generasi emas ini menjadi generasi yang memiliki kepribadian unggul dan berkarakter sehingga mudah dalam membangun bangsa menuju lebih baik.