Memahami Kecerdasan Siswa

“Memahami Kecerdasan Siswa”
Oleh: Pitra Prastadila, S.Psi.
Tingkat kecerdasan anak seringkali disangkut pautkan dengan nilai dari suatu mata pelajaran tertentu. Bahkan kadang juga dihubungkan dengan hasil tes IQ (Intelegence Quotient). Anak dengan nilai akademik dan IQ tinggi akan dianggap sebagai anak cerdas. Sebaliknya, anak akan dianggap bodoh apabila memiliki nilai akademik dan IQ di bawah rata-rata. Nilai yang dimaksud cenderung fokus pada aspek kognitif saja, tanpa mempertimbangkan dua aspek lainnya, yakni afektif dan psikomotorik. Namun sebenarnya, tingkat kecerdasan seorang anak tidak hanya dapat diukur dari aspek kognitif saja. Banyak sekali faktor kecerdasan yang dapat diamati dalam diri seorang anak.
Pembahasan mengenai kecerdasan seringkali mengacu pada teori multiple intelligences (kecerdasan ganda). Teori kecerdasan ganda pertama kali dikemukakan oleh ahli psikologi yang bernama Howard Gardner pada 1983. Gardner menyatakan bahwa setiap individu memiliki keunikan dan kecerdasan yang berbeda-beda. Gardner membagi kecerdasan menjadi 8 jenis. Kedelapan kecerdasan tersebut yaitu: (1) kecerdasan baahasa; (2) kecerdasan musik; (3) kecerdasan spasial; (4) kecerdasan interpersonal; (5) kecerdasan intrapersonal; (6) kecerdasan kinestetik; (7)nkecerdasan logika; dan (8) kecerdasan naturalis. Dengan demikian dapat kita sepakati bahwa ranah kognitif bukan satu-satunya alat ukur kecerdasan seorang anak.
Berkaitan dengan teori multiple intelligences, orang tua dan guru sebaiknya memahami bahwa setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Mereka seharusnya tidak hanya menuntut anak dari akademisnya saja. Sebagai contoh, anak dengan nilai matematika rendah belum tentu dia bodoh. Bisa jadi anak tersebut memiliki bakat dan minat pada bidang selain matematika. Tugas guru dan orang tua adalah membantu menemukan bakat dan minat yang ada pada diri anak, memberikan motivasi dan dukungan penuh terhadap potensi yang ada.
Optimalisasi pengembangan bakat dan minat siswa di lingkungan sekolah dapat dikatakan sebagai ranah utama kajian bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Seorang konselor diharapkan dapat memberikan bantuan kepada anak agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal. Tujuan dari bimbingan dan konseling agar anak dapat memilih, mempersiapkan diri, memegang tanggung jawab dan mendapatkan hal yang berharga dari keputusan yang diambilnya.
Berkaitan dengan paparan sebelumnya, guru bimbingan dan konseling di MTs Negeri Batu juga turut andil dalam pengembangan potensi tiap siswa. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu memberikan materi mengenai multiple intelligences pada siswa. Dalam materi tersebut siswa diharapkan mampu mendeteksi kecerdasan apa yang dimiliki. Setiap siswa dituntun untuk menunjukkan potensi dalam dirinya melalui video yang dibuat secara mandiri. Dengan demikian diharapkan pula tingkat percaya diri siswa dapat meningkat dengan baik. Guru bimbingan dan konseling selaku fasilitator pembelajaran akan terus berusaha membantu siswa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Guru juga meyakinkan seluruh siswa bahwa mereka memiki potensi dan kecerdasan dalam masing-masing bidang yang diminati.
Lebih lanjut, produk video yang ditunjukkan oleh siswa sangat beragam. Dari video tersebut ternyata banyak sekali potensi yang dimiliki oleh siswa MTs Negeri Batu. Potensi tersebut diantanya yaitu menggambar, melukis, berpidato, menyanyi, memainkan alat musik, membuat puisi, memanah, menari, sepak bola, dan lain-lain. Besar harapan guru bahwa setiap siswa dapat meraih kesuksesan pada bidang bakat dan minatnya masing-masing.
Dokumentasi Beberapa Karya Siswa