MENUMBUHKAN BUDAYA MENELITI DI MADRASAH

MENUMBUHKAN BUDAYA MENELITI DI MADRASAH
Dr. Diah Ambarumi Munawaroh, S. Pd, M.Pd.
“Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah. Pendidikan tidak berhenti pada bangunan sekolah saja, akan tetapi di rumah, di jalan, dan dimana-mana”
(Ki Hajar Dewantara, 1889 – 1959)
Peserta didik SMP/MTs dalam berbagai tempat, memiliki kemampuan belajar (Learning Skills /the four C’s) dan kemampuan literasi (Literacy Skills/ IMT) yang dapat dimaksimalkan melalui metode pembelajaran seusia mereka. Kompetensi tersebut menuntut sekolah untuk mengembangkan sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa di era Revolusi Industri 4.0. Salah satu bentuk kegiatan dalam mengembangkan bakat dan minat siswa dalam penelitian adalah pembelajaran riset bagi peneliti pemula. Peneliti pemula adalah para pelajar SLTP/MTs, dan SLTA/MA yang telah maupun berminat melakukan penelitian ilmiah (Gismar, 2017). Penelitian dalam bahasa inggris disebut research yaitu dari dua kata re dan search diartikan sebagai pencarian kembali. Dalam Bahasa Indonesia, research sering diterjemahkan menjadi riset (Gismar, 2017; Haryono, 2017).
Berdasarkan SK Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor 6757 Tahun 2020 tentang penetapan madrasah penyelenggara riset sebagai pengembangan potensi, bakat dan minat siswa madrasah di bidang riset atau penelitian ilmiah (Dirjen Pendidikan Islam, 2020). Terdapat 296 Madrasah Tsanawiyah yang memenuhi persyaratan sebagai madrasah penyelenggara riset di Indonesia, dan 58 madrasah berasal dari Propinsi Jawa Timur salah satunya MTs Negeri Kota Batu. Sejarah pembelajaran riset pertama kali di MTsN Kota Batu dimulai tahun 2007 dalam bentuk ekstrakurikuler. Pada tahun 2008 pertama kalinya tim riset MTsN Kota Batu lolos kompetisi nasional dengan memperoleh medali perunggu Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang dilaksanakan oleh Kemendikbud Pusat bekerjasama dengan LIPI. Kompetisi LKTI tersebut sekarang bernama Olimpiade Peneliti Siswa Indonesia (OPSI). Selanjutnya tahun 2009 hingga sekarang MTsN Kota Batu mengukir prestasi dalam kompetisi riset ditingkal regional, nasional dan internasional.
Melakukan penelitian dan menulis karya ilmiah bagi peneliti pemula setingkat MTs/SMP bukan hal yang mudah. Diperlukan proses perjuangan yang panjang dan konsistensi dalam menanamkan pondasi meneliti sejak dini bagi siswa madrasah. Direktur KSKK Prof. Nur Kholis Setiawan (2015) menyatakan; “menulis dan meneliti adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan mulai dari menemukan ide, mengamati, memetakan, menarasikan dan menuangkan dalam tulisan untuk mengasah intelegensi, tidak hanya pada perguruan tinggi tetapi bagi pendidikan dasar dan menengah” (Munir, 2015).
Penulis pernah mengimplementasikan pembiasaan pengamatan lingkungan pada siswa dirumah, area madrasah, dan masyarakat sekitar (Munawaroh et al., 2022b). Pengamatan lingkungan bertujuan memudahkan siswa dalam menemukan topik ide penelitian mereka. Treatment tersebut mengarahkan siswa untuk peka pada permasalahan lingkungan dengan mengamati fenomena menarik, penting, up to date, realistis dan jelas kebermanfaatannya (Munawaroh, 2022). Pembiasaan tersebut menghasilkan siswa mampu menemukan topik ide penelitian yang unik untuk projek karya berikutnya secara berkesinambungan (Munawaroh et al., 2022a).
Hal ini sesuai dengan teori Open Learning Environtments (OLES), yang menjelaskan lingkungan pembelajaran terbuka dapat mendorong siswa memecahkan masalah yang kompleks dan memiliki keterampilan tingkat tinggi (Jacobson & Spiro, 1995). OLES yang diintegrasikan dengan model pembelajaran lain mampu menyajikan konteks perspektif sumber daya lingkungan dalam membangun berbagai sudut pandang sebagai upaya penguatan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif (Munawaroh, 2020). Lingkungan belajar terbuka melibatkan pencapaian dan pengembangan pembelajaran individu secara unik tanpa batasan eksternal secara mandiri, berbasis sumber daya lingkungan yang berpusat pada siswa (Munawaroh et al., 2021).
Budaya meneliti terbentuk melalui sinergi siswa, keteladanan guru, kepala madrasah, dan civitas madrasah yang kolaboratif. Pembelajaran riset adalah pembelajaran yang sesungguhnya terbangun dari siswa sendiri karena mereka mengalami dan melewati proses penelitian secara mandiri. Prestasi peneliti pemula tidak terlepas dari campur tangan dan peran guru dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi. Elemen penting pembelajaran riset adalah terjadinya keseimbangan sinergi antara siswa dan guru. Semangat guru mendampingi proses pembimbingan, memotivasi dan mengarahkan tahapan penelitian siswa. Kegiatan tersebut diharapkan mampu membangun karakter berfikir kritis, kreatif, kolaborasi, komunikasi (4C) serta mengakses informasi, media dan teknologi (IMT) sesuai karakteristik siswa abad 21. Keberhasilan pembelajaran riset siswa tidak dapat diukur dengan angka, akan tetapi bagaimana siswa mampu menyelesaikan proyek penelitian mereka dengan baik, bermanfaat dan berkesinambungan.
Kegiatan pembelajaran peneliti pemula di madrasah tidak untuk memenuhi kompetensi siswa sebagai seorang peneliti. Akan tetapi bagaimana guru membangun dan mengembangkan kompetensi riset melalui proses pembelajaran. Peneliti pemula bukan untuk menunjukkan bahwa mereka mampu bersaing dalam kompetisi, akan tetapi bagaimana guru melatih kemampuan siswa dalam bertindak dan berfikir ilmiah melalui proses pembelajaran riset.
Children's Research Centre (CRC) memiliki tujuan utama memberdayakan siswa dan remaja sebagai peneliti aktif dalam kegiatan penelitian. CRC mengakui siswa adalah ahli dalam kehidupan mereka sendiri, mendukung dan menghargai siswa dengan mempromosikan penelitian dan hak (Kellett, 2011). Siswa mampu membentuk pandangan mereka sendiri, mengekspresikan diri secara bebas, mengeksplorasi kemampuan sesuai usia dan kedewasaan anak (Ann Farrell, 2007). Pengakuan remaja sebagai ahli dalam kehidupan mereka sendiri (Alderson, 2000; Christensen & Prout, 2002; Mayall, 2000) salah satu inisiatif melibatkan siswa sebagai partisipan dan peneliti (Johnson et al., 1998; Jones, 2004; Nieuwenhuys, 2001) terdapat badan literatur tentang peran siswa dan remaja sebagai peneliti (Alderson, 2000; Boyden & Ennew, 1997). Young Children As Researcher (YCAR) menjelaskan empat perilaku penelitian yaitu eksplorasi, menemukan solusi, konseptualisasi dan mendasarkan keputusan pada bukti (Murray, 2016), dengan menggabungkan informasi dan mengidentifikasi alasan yang dipilih (Tversky & Kahneman, 1973).
DAFTAR PUSTAKA
Alderson, P. (2000). Children as researchers: participation rights and research methods in Research with Children: perspectives and practices. Oxon. Routledge.
Ann Farrell. (2007). Ethical research with children. In Journal of the American Dental Association (Vol. 138, Issue 12). https://doi.org/10.14219/jada.archive.2007.0091
Boyden, J., & Ennew, J. (1997). Children in focus: a manual for participatory research with children. Rädda Barnen.
Christensen, P., & Prout, A. (2002). Working with ethical symmetry in social research with children. Childhood, 9(4), 477–497.
Dirjen Pendidikan Islam. (2020). SK Madrasah Penyelenggara Riset (p. 20).
Gismar, M. S. S. H. T. N. P. A. M. (2017). Metodologi Penelitian IPS bagi Peneliti Pemula.
Haryono, A. I. S. P. L. (2017). Panduan Penelitian IPA bagi Peneliti Pemula.
Jacobson, M. J., & Spiro, R. J. (1995). Hypertext learning environments, cognitive flexibility, and the transfer of complex knowledge: An empirical investigation. Journal of Educational Computing Research, 12(4), 301–333.
Johnson, V., Ivan-Smith, E., Gordon, G., Pridmore, P., & Scott, P. (1998). Stepping forward: children and young people’s participation in the development process. Intermediate Technology Publications Ltd (ITP).
Jones, A. (2004). Involving children and young people as researchers. Sage in association with The Open University.
Kellett, M. (2011). Researching with and for Children and Young People.
Mayall, B. (2000). Conversations with children: working with generational issues in P. Christensen and A. James (Eds) Research with children: perspectives and practices. London, 1, 20–35.
Munawaroh, D. A. (2020). Implementasi Silent Demonstration pada Open Learning Environtments (OLEs) sebagai Penguatan Keterampilan 4C/Implementation of Silent Demonstration in Open Learning Environments (OLEs) as Reinforcement 4C Skills. J-PIPS (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial), 7(2), 70–80.
Munawaroh, D. A. (2022). Strategi Menemukan Topik Ide Penelitian Bagi Siswa Madrasah. Jurnal Teknologi Pembelajaran.
Munawaroh, D. A., Ani, Y., Dewi, S., & Info, A. (2021). Indonesian Journal of Instructional Lingkungan Belajar Terbuka ( Open Learning Environtments ). 2, 8–14.
Munawaroh, D. A., Degeng, I. N. S., Praherdhiono, H., & Kuswandi, D. (2022a). Challenges in Developing Research Culture on Madrasah Students 13-14 Years Old in Indonesia. Specialusis Ugdymas, 1(43), 2929–2937.
Munawaroh, D. A., Degeng, I. N. S., Praherdhiono, H., & Kuswandi, D. (2022b). Investigation Of Early Study Stage For Young Researcher. Journal of Positive School Psychology, 2142–2153.
Munir, M. . (2015). Bunga rampai esai-esai madrasah.
Murray, J. (2016). Young children are researchers: Children aged four to eight years engage in important research behaviour when they base decisions on evidence. European Early Childhood Education Research Journal, 24(5), 705–720.
Nieuwenhuys, O. (2001). By the sweat of their brow?‘Street children’, NGOs and children’s rights in Addis Ababa. Africa, 71(4), 539–557.
Tversky, A., & Kahneman, D. (1973). Availability: A heuristic for judging frequency and probability. Cognitive Psychology. https://doi.org/10.1016/0010-0285(73)90033-9